9/06/2014

Monolog Anekdot ( Bermonolog dengan mengggunakan Teks Anekdot )

 CONTOH MONOLOG ANEKDOT =>
   Ketika liburan semester yang lalu, saya diajak oleh keluarga saya berlibur ke kota. Disana, saya kagum melihat beberapa bangunan megah, indah dan menjulang tinggi seperti menembus langit. Lalu, apakah semua itu mengeluarkan baya yang mahal? yang pasti. Bukan hanya sekedar mahal, akan tetapi berlebihan. Karena jika saya lihat, itu semua tidak terlalu penting. Dan ketika saya pikir, jika para pejabat negara bisa melaksanakan semua pekerjaannya dengan baik di gedung kantor yang lebih sederhana, untuk apa membangun kantor yang megah? Padahal, untuk pembangunan kantor yang megah tersebut, biaya bisa mencapai angka ratusan triliun. Bukankah itu hanya menghambur - hamburkan uang?
   Apakah mereka tidak berpikir panjang? mungkin mereka juga tidak memikirkan nasib warga yang lain. Disaat semua sedang sibuk bekerja di bawah terik matahari, para pejabat negara malah asyik bekerja di gedung yang megah, mewah dan pastinya sudah tersedia berbagai fasilitas.
   Setelah saya melewati beberapa gedung, saya berhenti di lampu merah. Ada seorang pengamen yang masih berusia 7 tahun. Lalu saya berpikir. Bukankah uang yang digunakan untuk membangun gedung tersebut bisa untuk membangun beberapa sekolah baru? Iya. Bahkan, ratusan sekolah baru untuk para generasi muda bangsa kita. Sebenarnya, ingin rasanya saya menyeret seorang pengamen itu ke bangku sekolah. Tetapi, saya bukanlah siapa - siapa. Saya bukan kepala sekolah, pejabat negara dan saya bukan seorang presiden. Dan mungkin, tujuan pembangunan gedung yang mewah itu hanya karena gengsi. Yaitu agar suatu kota terlihat mewah.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

ka izin copas buat tugas b.indo ya hehe.. makassssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhh {}

Unknown mengatakan...

ow, iya boleh :) maaf telat bales :)

Unknown mengatakan...

Numpang belajar...

Posting Komentar

#salam kenal yaaa... Jangan lupa tinggalkan jejakmu disini.